Idul Qurban buat Anak

Hari raya Qurban identik dengan penyembelihan kambing dan sapi. Acara ritual ini cukup baik pula dijadikan ajang menumbuhkan keberanian anak. Di kesempatan ini, orang tua perlu mengajak anak-anaknya, terutama yang laki-laki untuk turut membantu proses penyembelihan, atau setidaknya menonton. Dengan melihat proses penjagalan, melihat muncrat dan mengalirnya darah hewan qurban, ini akan menumbuhkan keberanian dalam jiwa anak, sehingga mereka tak terlalu takut melihat darah.

Kebutuhan pengetahuan bisa tergantung dari usia/kedewasaan seseorang.
Yang ingin disampaikan ke anak-anak ketika hadir melihat pemotongan disana bukanlah sekedar proses penyembelihannya (itu bisa disampaikan ketika mereka merasa membutuhkan pelajaran tata cara menyembelih), tapi adalah hikmah dari Idul Qurban itu sendiri, bagaimana mereka mau mengurbankan sesuatu milik mereka untuk sebuah perintah kebaikan dari Tuhan mereka. Bagaimana mereka belajar berbagi dengan sesama (mereka sendiri yang membagikan ke masyarakat sekitar daging yang telah dibungkus rapi) dengan sesuatu yang mereka sukai. Mereka bisa belajar betapa menyenangkannya berbagi dan membahagiakan orang lain..
Itu yang aku harap mampu diserap anak saya dan teman-temannya..

Tapi kadang terpikir juga, selau ada perasaan khawatir dampak yang terjadi ketika si anak melihat langsung pemotongan..yaa..cara kita orangtua yang harus bisa memberikan pengertian yang bisa dicerna sama anak kita.....
Dan anak-anak akan seneng sekali ngeliat kelucuan hewan-hewan Qurban tersebut....yaa, smoga kita semua bisa memberikan manfaat buat anak kita arti penting Idul Qurban....amiin

Menolong Anak Belajar Mengendalikan diri

Dengan belajar mengendalikan diri, anak-anak bisa membuat keputusan yang tepat dan menanggapi situasi yang menekan dengan cara-cara yang bisa memberikan hasil positif. 
Contohnya, bila Anda mengatakan bahwa Anda tidak akan menyajikan es krim sampai setelah makan malam, anak Anda mungkin menangis, membuat alasan, atau bahkan berteriak dengan harapan Anda akan memberi mereka es krim. Tetapi dengan pengendalian diri, anak Anda bisa memahami bahwa emosi yang meledak-ledak tidak akan membuat Anda memberikan es krim, sehingga akan lebih bijaksana bila menunggu dengan sabar.
Berikut beberapa saran tentang bagaimana menolong anak-anak Anda belajar mengendalikan tingkah laku mereka.
  1. Anak baru lahir sampai usia 2 tahun. Bayi dan balita bisa frustasi karena besarnya jarak antara hal-hal yang mereka inginkan dan apa 
    1. yang dapat mereka lakukan. Sering kali, ledakan emosi merupakan respons mereka ketika menghadapi hal tersebut. Mereka juga kadang mencoba melindungi emosi mereka dengan merusak mainan kecil mereka atau kegiatan-kegiatan lain. Bagi anak-anak yang menginjak usia 2 tahun, cobalah untuk memberikan waktu menyendiri sebentar di suatu tempat tertentu -- seperti di kursi dapur atau anak tangga yang paling bawah -- untuk menunjukkan konsekuensi dari ledakan emosi, dan ajarkan bahwa lebih baik menyendiri sebentar daripada meledakkan kemarahan.
    2. Anak usia 3 -- 5 tahun. Anda bisa saja terus menggunakan waktu menyendiri. Namun, daripada memaksakan batas waktu tertentu, hentikan waktu menyendiri saat anak sudah mulai tenang. Ini membantu anak-anak meningkatkan tingkat pengendalian diri mereka. Pujilah mereka agar tidak kehilangan kendali dalam situasi yang membuat frustasi atau sulit.
    3. Anak usia 6 -- 9 tahun. Saat anak masuk sekolah, mereka bisa memahami konsekuensi yang diberikan dengan lebih baik, dan mereka bisa memilih tingkah laku yang baik dan yang tidak baik. Anak Anda mungkin bisa terbantu dengan membayangkan suatu tanda berhenti yang harus dipatuhi dan memikirkan keadaan tertentu sebelum memberikan respons. Doronglah anak Anda untuk melalui situasi yang membuat frustasi selama beberapa menit untuk menenangkan diri, dan bukannya malah meledakkan emosinya.
    4. Anak usia 10 -- 12 tahun. Anak-anak yang lebih besar biasanya bisa lebih baik dalam memahami perasaan mereka. Doronglah mereka untuk memikirkan apa yang menyebabkan mereka kehilangan kendali dan ajak mereka menganalisanya. Jelaskanlah, terkadang situasi-situasi yang pada awalnya membuat sedih, dapat berakhir dengan sangat berantakan. Bujuklah anak untuk meluangkan waktu sebentar sebelum meresponi suatu situasi.
    5. Anak usia 13 -- 17. Pada usia ini, anak-anak seharusnya dapat mengendalikan sebagian besar tindakan mereka. Tetapi, ingatkan para remaja untuk memikirkan konsekuensi jangka panjangnya. Bujuklah mereka supaya berhenti sejenak untuk mengevaluasi situasi yang menyedihkan itu sebelum memberikan respons dan bicarakanlah masalah-masalahnya daripada kehilangan kendali, membanting pintu, atau berteriak. Bila perlu, disiplinkan anak remaja Anda dengan memberikan hak istimewa untuk menguatkan pesan bahwa pengendalian diri adalah keterampilan yang penting.
    Saat Anak-Anak Lepas Kendali
     
    Berikan contoh yang baik untuk anak-anak Anda dengan menunjukkan cara-cara yang sehat dalam memberikan reaksi atas situasi yang membuat mereka stres. Sesulit apa pun, tetaplah berusaha untuk tidak berteriak saat Anda sedang mendisplin anak-anak Anda. Sebaliknya, cobalah untuk tegas dan fokus pada masalah.
    Saat anak Anda sudah mulai tenang, tetaplah tenang dan jelaskan bahwa berteriak, emosi yang meledak, dan membanting pintu adalah perilaku yang tidak dapat diterima dan ada konsekuensinya -- lalu katakan apa konsekuensinya.
    Tindakan Anda bisa menunjukkan bahwa kemarahan bukanlah cara yang tepat bagi anak-anak untuk meminta sesuatu. Contohnya, bila anak Anda marah di toko serbaada setelah Anda menjelaskan mengapa Anda tidak mau membelikan permen untuknya, jangan menyerah -- hal ini menunjukkan bahwa kemarahan adalah sesuatu yang tidak dapat diterima dan tidak efektif untuk mereka lakukan.
    Bila anak Anda sering kehilangan kendali dan terus mendebat/membantah, antisosial, atau impulsif, atau bila kemarahannya lebih dari 10 menit, bicarakan hal ini dengan dokter anak Anda. Bicarakan pula dengan dokter bila kemarahan anak Anda yang masih sekolah itu disertai dengan:
    • kegelisahan/keresahan,
    • sikap impulsif,
    • sikap menentang,
    • kesulitan dalam berkonsentrasi,
    • harga diri yang rendah, atau
    • menurunnya prestasi di sekolah.
    Pertimbangkan untuk berbicara dengan guru anak Anda tentang susunan ruang kelas dan tingkah laku yang tepat seperti yang diharapkan. Juga, lihatlah pada tindakan Anda sendiri apakah Anda sedang mengatasi sebaik mungkin situasi yang membuat stres. Bila tidak, Anda mungkin ingin bertanya kepada dokter Anda apakah diperlukan konseling keluarga. dan artikel ini akau ambil dari eramuslim, smoga bermanfaat...Amiin

     


Pembelajaran buat anak di Lapang Bola


wooowww....Alhamdulillah ternyata seru juga nonton bola di sekolah bola Azka...mungkin karena anak-anak yaa yang maennya, tapi kenyataanya emang seru, lucu, kocak hehehe...tapi anak-anak pada serius juga tuh..pada semanget...
Btw, yang aku tangkep dari permainan itu..sungguh luar biasa...banyak hal untuk dijadikan suatu pembelajaran buat anak, di sekolah bola tersebut  :

  1. Anak lebih gampang bersosialisasi, didalem permainan tersebut anak satu sama lain menjadi adanya kebersamaan bersama temen-temennya...Subhanalloh, gak nyangka begitu gampang juga Azka masuk ke lingkungan baru, tidak seperti biasanya.
  2. Anak belajar disiplin, disini anak menjadi lebih disiplin, dengan waktu yang terbatas, anak tanggung jawab mengelola waktu tersebut, dengan ketentuan yang disediakan oleh pihak SSB, terutama dari pihak pelatihnya.
  3. Anak Belajar konsentrasi, dalam permainan bola buat anak banyak menjadi lebih konsentrasi dalam menghadapi permainannya.
  4. Anak belajar Strategi, Selain konsentrasi yang diterapkan, anak menjadi belajar mencari strategi, strategi permainan, dalam menghadapi perlawanan. kereen juga neh..
  5. Anak lebih Percaya Diri, dengan menunjukkan permainan dengan banyak orang, anak akan lebih percaya diri, dalam menghadapi permainannya...yaa semua yang dihadapi anak belajar penahanan dari lawannya...ppuuiiiihh semangaaattt kaa..!!!
Sungguh luar biasa, setiap permainan pasti ada hikmah didalamnya, begitupun dengan permainan-permainan yang lainnya selain sepak bola, dan tentunya itu semua kita tidak bisa memaksakan kehendak anak, apa yang anak inginkan, atau apa yang anak sukai....semoga kita bukan orangtua yang memaksakan anak...jadilah orangtua yang betul-betul memahami anak....

Amankah Facebook buat anak??

Apakah Anda melarang buah hati untuk punya akun facebook, karena takut berefek negatif pada perkembangannya? Jika ya, sebaiknya ubah pemikiran Anda. Masalahnya, menurut psikolog Maria Susanti, anak usia bangku TK dan SD sebaiknya jangan dilarang 'bermain' facebook.

"Anak-anak, terutama yang sudah duduk di bangku SD, justru bisa mencari tahu sendiri mendaftarkan diri menjadi anggota facebook. Masalahnya, jika ia tahu ajang bersosialiasi ini dilarang ibunya, bisa jadi ia membuat akun facebook dengan nama palsu. Akibatnya, Anda malah tidak bisa mengawasinya," ujar Maria menambahkan.

Facebook memang ajang bersosialisasi di dunia maya yang fun. Anda saja mungkin menikmati fitur-fitur yang ditawarkan situs yang digagas Marc Zuckerberg ini. Tapi, sebenarnya salah satu ketentuan men jadi anggota facebook adalah harus berusia di atas 13 tahun. Namun, tidak sedikit anak-anak yang punya akun facebook. Apakah salah?

"Sebetulnya, buah hati Anda boleh punya akun facebook. Asalkan Anda harus bisa mengawasinya dengan cerdas, tanpa si kecil merasa dimatai-matai," kata Maria.

Rambu-rambu apa yang dipegang orang tua jika anak ingin menjadi anggota facebook?


- Saat mengajarkan si kecil untuk mendaftarkan diri menjadi anggota facebook, usahakan untuk mengetahui password-nya. Jikapun tidak, pastikan Anda menjadi teman pertamanya di facebook.

- Cek isi facebook si kecil untuk mengetahui aktivitasnya secara rutin. Biasanya anak suka mengisi kuis dan bermain game. Bila kuis atau games yang dimainkannya belum layak dia mainkan, sebaiknya berikan penjelasan secara sederhana.

- Beri penjelasan juga padanya agar tidak menyetujui semua orang yang ingin berteman dengannya. Minta dia untuk menerima teman sekolah atau kursusnya. Jika ada orang dewasa yang tidak ia kenal ingin menjadi temannya, minta dia untuk menanyakan hal itu terlebih dahulu pada Anda.

- Hati-hati mengisi status Anda. Anda mesti ingat si kecil bisa membaca status Anda.

- Solusi yang terbaik adalah menemani si kecil saat membuka akun facebook-nya. Minta dia untuk membuka facebook di komputer yang diletakkan di ruang keluarga, sehingga Anda tetap bisa mengawasinya.

by. petti lubis di berita yahoo.com